
DORMANSI KULIT BIJI YANG KERAS
DAN
PENGARUH ZAT PENGHAMBAT TERHADAP PERKECAMBAHKAN BIJI
Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya
hidup tetapi berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan
terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung dalam waktu yang
sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan pengaruh
lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari
kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak dapat
tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari pada benih itu
sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti cara mekanis
atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau bahan
mekanis yang ada seperti amplas, jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya.
Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat
pekat dan HNO3 pekat. Pada intinya cara-cara tersebut supaya
terdapat celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat masuk kedalam
benih (Dwidjoseputro, 1985).
Variasi umur benih suatu tanaman sangatlah beragam, namun
juga bukan berarti bahwa benih yang telah masak akan hidup selamanya. Seperti,
kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup benih. Meningkatnya
kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, walaupun beberapa biji
dapat hidup lebih lama dalam air. Penyimpanan dalam botol atau di udara terbuka
pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji kehilangan air dan sel akan
pecah apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara
yang merupakan bahan yang baik bagi pertumbuhan pathogen penyakit. Tingkat
oksigen normal umumnya mempengaruhi dan merugikan masa hidup biji. Kehilangan
daya hidup terbesar bila benih disimpan dalam udara lembab dengan suhu 35oC
atau lebih (Dwidjoseputro, 1985).
Tipe dormansi:
a.
Dormansi fisik : yang menyebabkan
pembatasan struktural terhadap perkecambahan. Seperti kulit biji yang keras dan
kedap sehingga menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada
beberapa jenis tanaman.
b.
Dormansi fisiologi : dapat
disebabkan oleh beberapa mekanisme, umumnya dapat disebabkan oleh pengatur
tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh faktor-faktor
dalam seperti ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologi lainnya.
Dormansi
adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi,
yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji (Salisbury dan
Ross, 1995).
Perkecambah merupakan transformasi dari bentuk embrio menjadi tanaman yang sempurna.
Perkecambahan biji yang dipermudah dengan keadaan tertentu seperti penyucian, dengan keberadaan zat
penghambat tumbuh larut air pada kulit biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji
dan hal lain membuat potensial bahan tanam sebagai sumber keseragaman tanaman
menjadi cukup rumit. Ditambah
lagi dengan kenyataan bahwa lingkungan relung tanah tidak akan sama pada
kondisi lapangan seperti dalam hal kandungan air, temperatur dan organisme (Dwidjoseputro,
1985).
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian
kompleks proses-proses metabolik yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap
substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya
seluruh rangkaian proses pekecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah
berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh, namun lokasi
penghambatnya sukar ditentukan
karena daerah
kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam
embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah (Anonim, 2012).
Review Artikel
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami
organisme hidup
atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung
pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas
keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis,
keadaan fisik lingkungan atau kimiawi.
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini.
Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya
sedikit perkecambahan. Perilaku tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan
dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian
tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dormansi adalah kuncup.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara
fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih
tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan
oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau
bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Memecahkan dormansi pada benih tanaman pangan untuk
mengetahui dan membedakan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah
adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya
tumbuh/kecambah benih
yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar
dormansi dapat dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah diketahui antaranya dengan perlakuan
mekanis yaitu Skalirifikasi.
Skalirifikasi ini mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji
dengan amplas. Melubangi kulit biji dengan pisau, memecahkan kulit biji maupun
dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan
dari perlakuan mekanis adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga
lebih permeabel terhadap air dan gas.
Dengan perlakuan kimia, tujuan dari perlakuan ini adalah
menjadikan kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam
kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih
lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Penyebab lain dari dormansi biji adalah adanya zat
penghambat perkecambahan. Cairan buah tertentu seperti jeruk dan tomat
mengandung zat penghambat perkecambahan sehingga mencegah biji tersebut tidak
berkecambah ketika masih dalam buah. Dormansi karena adanya zat penghambat
dapat dihilangkan dengan mencuci biji dengan air sehingga zat penghambat akan
hilang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Dormansi biji
dapat dipecahkan melalui perlakuan fisik yaitu dengan mengamplas biji dan
dengan perlakuan kimia yaitu dengan merendam biji dengan larutan asam pekat. Pada buah
terdapat zat penghambat yang dapat menghambat biji berkecambah. Semakin asam
sari buah, maka akan menghambat perkecambahan biji.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Perkecambahan. http://id. Wikipedia.org/wiki/perkecambahan.
Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013
Dwidjoseputro. 1985.
Pengantar Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Salisbury dan Ross.
1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Coment tersedia buat kalian...