BAB
I
STRUKTUR
YEAST
1.1. Morfologi
Khamir
Mikrostruktur dari khamir terdiri dari kapsul, dinding
sel, membran sitoplasma, nukleus, atau
lebih vakuola, mitokondria,
globula lipid, volutin dan sitoplasma.
Kapsul
Beberapa khamir ditutupi oleh komponen ekstraseluler yang berlendir yang
dinamakan kapsul yang menutupi bagian luar dinding sel terutama terdiri dari
polisakarida.
Dinding Sel
Dinding sel khamir pada sel-sel yang masih muda sangat
tipisdan semakin lama semakin tebal jika sel semakin tua. Pada dinding sel
terdapat struktur yang disebut bekas lahir (birt scar) dan bekas
tunas (bud scar). Bekas lahir adalah sebuah tanda pada dinding sel
yang timbul sebagai akibat pembentukan sel dari sel induknya melalui
pertunasan. Karena itu setiap anak sel hanya mempunyai satu bekas lahir. Bekas
tunas terbentuk jika sel tersebut telah membentuk satu atau lebih anak sel
melalui pertunasan. Dinding sel khamir yang paling banyak diteliti adalah
dinding sel Saccharomyces, terdiri dari komponen-komponen sebagai
berikut: Glukan atau selulosa, mannan, protein, khitin dan lipid.
Membran Sitoplasma
Membran sitoplama terdapat di sebelah dalam dinding sel, dengan tebal
kurang lebih 8 mm. Membran berperan penting dalam permeabilitas selektif dan
dalam trasport nutrien ke dalam sel dan dalam pelepasan hasil-hasi lmetabolisme
ke luar sel. Membran ini tersusun oleh protein, asam ribonukleat dan lipid.
Nukleus
Inti sel dikelilingi membran inti yang berlapis ganda. Membran inti
mempuntai pori-pori yang berfungsi sebagai jalan pertukaran komponen-komponen
sitoplasma dengan komponen di dalam nukleus. Bila sel khamir mengalami
pembelahan atau pertunasan, kumpulan kromosom (kromatin) akan menjadi dua.
Vakuola
Biasanya berjumlah satu atau lebih dengan ukuran yang bervariasi.
Vakuola ini berupa kantung dari suatu cairan yang lebih bening dan lebih encer
dibandingkan dengan sitoplasma. Vakuola dapat diwarnai dengan merah netral
sehinga dapat berwarna merah muda dan mudah dibedakan dengan sitoplasma yang
tidak berwarna.
Mitokondria
Organel ini panjangnya 0,4-0,6 mm dan diameternya 0,2-0,3
mm dan berfungsi dalam proses respirasi khamir. Dilapisi oleh dua lapis membran
dimana membran bagian dalam dinamkan krista.
Globula Lipid
Khamir mengandung sedikit lipid, dalam bentuk globula
yang dapat dilihat dengan mikroskop setelah diwarnai dengan pewarna lemak,
pewarna hitam Sudan atau merah Sudan. Khamir roti dan species Saccharomyces
lainnya mengandung lipid dalam jumlah yang sangat sedikit.
Sitoplasma
Sitoplasma khamir mengandung berbagai komponen, yakni glikogen yang
merupakan bentuk penyimpanan karbohidrat, asam ribonukleat dan protein.
BAB
II
SISTEM
REPRODUKSI
Sistem Reproduksi Khamir
Reproduksi dengan cara pertunasan,
pembelahan, pembelahan tunas dan pembentukan spora aseksual dinamakan reproduksi
vegetatif sedangkan pembentukan spora seksual disebut dengan reproduksi
seksual.
Pertunasan Sel
Pertunasan merupakan cara reproduksi paling umum
dilakukan oleh khamir. Proses pertunasan dimulai melalui suatu saluran yang
terbentuk dari vakuola di dekat nukleus menuju dinding sel yang terdekat dengan
vakuola. Karena adanya penipisan dinding sel, maka protoplasma akan menonjol keluar
kemudian membesar dan terisi komponen-komponen nukleus dan sitoplasma dari
inangnya melalui saluran yang terbentu tersebut. Tunas terus tumbuh dan
membentuk dinding sel baru dan juka ukuran tunas sudah hampir sama besar dengan
inangnya, komponen inti akan terpisah menjadi dua.
Pembelahan Sel
Pembelahan sel atau pembelahan binner, mula-mula sel khamir membengkak
atau memanjang, kemudian nukleus terbagi menjadi dua dan terbentuk septa atau
dinding penyekat tanpa mengubah dinding sel. Setelah nukleus terbagi menjadi
dua, septa terbagi menjadi dua dinding dan kedua sel melepaskan diri satu sama
lain.
Pembelahan Tunas
Reproduksi vegetatif dengan cara membelah tunas, yakni gabungan antara
pertunasan dengan pembelahan. Mula-mula terbentuk tunas, tetapi tempat
melekatnya tunas pada induk sel relatif besar, kemudian terbentuk septa yang
memisahkan tunas dari induknya.
Pembentukan Spora Aseksual
Terjadi melalui pembentukan spora dibedakan atas beberapa macam yaitu:
1) Blastospora membentuk kumpulan tunas menempel pada sel yang memanjang, 2)
Balliospora, tumbuh pada ujung sel yang meruncing satu demi satu dilepaskan
dengan tekanan, 3) Khlamidospora, bentuk spora istirahat yang mempunyai dinding
sel tebal.
Pembentukan Spora Seksual
Spora seksual terdiri dari basidiospora dan askospora. Khamir dibedakan
atas dua kelompok berdasarkan jumlah kromosom di dalam inti sel yakni 1) khamir
diploid dan 2) khamir haploid. Inti sel pada khamir diploid terbentuk dari
pengabungan inti dua sel haploid atau dua askospora, karena itu mengandung
kromoson 2n.
BAB III
JENIS-JENIS YEAST
a.
Ragi cair (liquid yeast)
diproduksi dari yeast cream yang berlangsung pada tahap proses industri
(mengandung 15– 20% materi kering). Ragi cair ini terutama digunakan oleh
bakery skala industri dengan proses otomatis. Pengukuran secara otomatis
membutuhkan
peralatan tambahan khusus dan untuk penyimpanandibutuhkan suhu 4o – 6oC dengan umur simpan hanya 2 minggu.
peralatan tambahan khusus dan untuk penyimpanandibutuhkan suhu 4o – 6oC dengan umur simpan hanya 2 minggu.
b.
Ragi basah (compressed atau
fresh yeast) adalah yeast cream yang dikeringkan dan dipadatkan sehingga
mengandung 28-35% materi kering, berbentuk blok-blok persegi, dan harus
disimpan pada suhu 2-6 oC, dengan umur kadaluarsa hanya 2-3 minggu saja. Produk
ini hanya mengandung 70% air, oleh karena itu ragi harus disimpan pada
temperatur rendah dan merata untuk mencegah hilangnyadaya pembentuk gas. Makin
dekat temperatur penyimpanan dengan 00C, maka makin lama ragi itu bisa disimpan
tanpa mengalami perubahan yang nyata. Dari hasil penelitian efek penyimpanan
ragi basah selama 3 bulan paling baik pada suhu -10C. Pada suhu tersebut ragi
tidak membeku. Ragi basah biasanya dikemas dengan berat 500 gram, dan dibungkus
dengan kertas lilin. Kelebihan penggunaan ragi basah adalah harganya relatif
murah (karena sebagian besar terdiri dari air saja), dan dapat dipergunakan
dalam banyak aplikasi (resep).Sedangkan kekurangannya adalah sensitif terhadap
kelembapan (humidity): suhu dan cuaca hangat seperti negara Indonesia yang
tropis. Ragi ini juga memerlukan kondisi peyimpanan pada suhu rendah (2o–6oC),
yang menyebabkan kesulitan dalam pendistribusiannya, akan tetapi, ragi bisa
tahan 48 jam pada suhu ruang.
c.
Ragi kering aktif (active
dry yeast, ADY) adalah ragi yang terbuat dari yeast cream yang dipanaskan dan
dikeringkan hingga didapatkan 92-93% bahan kering. Ragi ini berbentuk butiran
kering (granular form). Dalam aplikasi penggunaannya harus dilarutkan dengan
air hangat (dehidrated) sebelum dicampurkan dengan tepung terigu dan bahan
lainnya ke dalam mixer. Penyimpanannya bisa dalam suhu ruang (selama jauh dari
panas dan lembab). Umur kedaluarsanya mencapai 2 tahun dalam kemasannya.
Pengeringannya dengan temperatur tinggi akan mematikan sekitar 25% lapisan luar
sel ragi,sehingga membentuk lapisan sel pelindung yang dapat melindungi sel
aktif. Kelebihan menggunakan ragi kering aktif adalah meringankan biaya
transportasi, dan penyimpanannya tidak sulit (suhu ruang). Sedangkan
kekurangannya adalah memerlukan proses rehidrasi dengan air hangat (35o – 38oC)
dan proses tersebut memerlukan waktu sekitar 15 menit. Faktor konversinya
adalah 1 kg ragi kering aktif sama dengan 2,5 - 3 kg ragi basah dengan ditambah
air 1.5 liter.
d.
Ragi kering instan
(instantdry yeast IDY). Dibuat dari ragi yang dipanaskan dan lalu dikeringkan
hingga mengandung 94% – 95% materi kering dengan jumlah sel ragi 105-107 per
gram ragi, berbentuk vermicelli (seperti potongan pasta yang sangat pendek),
mendekati butiran kecil yang halus. Di negara-negara tropis lebih aman memakai
ragi instan. Aplikasinya tanpa dilarutkan terlebih dahulu, dapat langsung
dicampurkan dalam tepung, dikemas dalam kemasan tanpa udara (vacuum packed) dan
memiliki umur kadaluarsa 2 tahun dalam kemasannya. Kelebihan lain dari pada
ragi instan ini adalah menghasilkan fermentasi yang lebih konsisten, dan
penyimpanan yang sangat mudah (pada suhu ruang normal).
e.
Ragi beku (frozen yeast)
Ragi beku
(frozen yeast), ragi ini mengandung 90% materi kering yang didinginkan pada
suhu ekstrim setelah dikeringkan (frozen). Aktifitas ragi ini menjadi lambat
selama pengadukan (mixing), sehingga dapat dihasilkan tingkat stabilitas adonan
yang tinggi. Ragi ini biasanya khusus untuk pembuatan adonan roti melalui
proses frozen dough. Memiliki umur kadaluarsa 2 tahun bila disimpan pada freezer
suhu -18 derajat celcius. Jangan membekukan kembali ragi yang telah di thawing
(dilunakkan). Ragi ini mengkombinasikan keunggulan dari ragi basah dan ragi
instan. Ragi ini juga memberikan start up lebih cepat serta memiliki stabilitas
dan konsistensi untuk mengoptimalkan fermentasi, ragi ini mudah digunakan
karena bentuknya yang free thawing sehingga memberikan kemudahan pengukuran,
keakuratan, hemat waktu, dan meminimalkan kesalahan dalam pembuatan roti.
f.
Ragi
butiran (Coral Yeast)
Faktor konversinya adalah 1 kg ragi
instan sama dengan 3.0-4.0 kg ragi basah dengan ditambah air 2.0 liter.
Biasanya untuk ragi kering instan memiliki dua varian
yaitu Gold label untuk aplikasi high sugar dough (>8-10% gula) dan red label untuk aplikasi low sugar dough (<8% gula).Ragi instan ini dihasilkan dan dijual di dalam kemasan plastik atau kaleng yang kedap udara. Sekali kemasan dibuka, sebaiknya digunakan tidak lebih dari 2 minggu dan harus disimpan dalam kaleng kedap udara di dalam lemari es. Cara menangani ragi instan: ditambahkan ke dalam air dan diaduk sampai larut, tidak perludirendam. Atau tambahkan langsung ke dalam adonan/tepung d. Ragi beku (frozen yeast), ragi ini mengandung 90% materi kering yang didinginkan pada suhu ekstrim setelah dikeringkan (frozen).Aktifitas ragi ini menjadi lambat selama pengadukan (mixing), sehingga dapat dihasilkan tingkat stabilitas adonan yang tinggi. Ragi ini biasanya khusus untuk pembuatan adonan roti melalui proses frozen dough. Memiliki umur kadaluarsa 2 tahun bila disimpan pada freezer suhu -18 derajat celcius. Jangan membekukan kembali ragi yang telah di thawing (dilunakkan). Ragi ini mengkombinasikan keunggulan dari ragi basah dan ragi instan. Ragi ini juga memberikan start up lebih cepat serta memiliki stabilitas dan konsistensi untuk mengoptimalkan fermentasi, ragi ini mudah digunakan karena bentuknya yang free thawing sehingga memberikan kemudahan pengukuran, keakuratan, hemat waktu, dan meminimalkan kesalahan dalam pembuatan roti. Di Indonesia saat ini yang masih umum digunakan adalah ragi basah, ragi kering aktif dan ragi instan. Jenis gula yang terdapat pada pembuatan roti pada umumnyaadalah maltosa dan sukrosa. Maltosa terdapat secara alami pada pada tepung terigu. Maltosa ini secara alami tidak dapat difermentasikan oleh khamir, akan tetapi lebih dahulu dihidrolisirs menjadi dekstrosa oleh enzim maltase. Selain enzim maltase, Saccharomices cerevisieae juga memproduksi enzim invertase juga menghidrolisis sukrosa menjadi gula invert yaitu glukosa dan fruktosa yang dapat difermentasikan oleh khamir. Sukrosa terdapat secara alami pada tepung terigu dan sebagian ditambahkan dalam formulasi adonan. Dekstosa dan gula invert kemudian difermentasi dengan menggunakan enzim zymase yang diproduksi secara alami oleh Saccharomices cerevisae dan menghasilkan gas karbondioksida serta etil alcohol. Alcohol yang dihasilkan akan hilang karena menguap selama proses pemanggangan. Pertumbuhan dan daya fermentasi ragi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keberadaan gula yang dapat difermentasi, pH, suhu, tekanan osmosis serta bahan-bahan penghambat dan pemicu fermentasi. Suhu ideal untuk menyimpan ragi agar tetap mempunyai aktivitas yang baik adalah 20C - 50C. Kamir ini 95% mati pada suhu penyimpanan 480C selama 45 menit, 500C selama 18 menit dan 520C selama 6 menit.
yaitu Gold label untuk aplikasi high sugar dough (>8-10% gula) dan red label untuk aplikasi low sugar dough (<8% gula).Ragi instan ini dihasilkan dan dijual di dalam kemasan plastik atau kaleng yang kedap udara. Sekali kemasan dibuka, sebaiknya digunakan tidak lebih dari 2 minggu dan harus disimpan dalam kaleng kedap udara di dalam lemari es. Cara menangani ragi instan: ditambahkan ke dalam air dan diaduk sampai larut, tidak perludirendam. Atau tambahkan langsung ke dalam adonan/tepung d. Ragi beku (frozen yeast), ragi ini mengandung 90% materi kering yang didinginkan pada suhu ekstrim setelah dikeringkan (frozen).Aktifitas ragi ini menjadi lambat selama pengadukan (mixing), sehingga dapat dihasilkan tingkat stabilitas adonan yang tinggi. Ragi ini biasanya khusus untuk pembuatan adonan roti melalui proses frozen dough. Memiliki umur kadaluarsa 2 tahun bila disimpan pada freezer suhu -18 derajat celcius. Jangan membekukan kembali ragi yang telah di thawing (dilunakkan). Ragi ini mengkombinasikan keunggulan dari ragi basah dan ragi instan. Ragi ini juga memberikan start up lebih cepat serta memiliki stabilitas dan konsistensi untuk mengoptimalkan fermentasi, ragi ini mudah digunakan karena bentuknya yang free thawing sehingga memberikan kemudahan pengukuran, keakuratan, hemat waktu, dan meminimalkan kesalahan dalam pembuatan roti. Di Indonesia saat ini yang masih umum digunakan adalah ragi basah, ragi kering aktif dan ragi instan. Jenis gula yang terdapat pada pembuatan roti pada umumnyaadalah maltosa dan sukrosa. Maltosa terdapat secara alami pada pada tepung terigu. Maltosa ini secara alami tidak dapat difermentasikan oleh khamir, akan tetapi lebih dahulu dihidrolisirs menjadi dekstrosa oleh enzim maltase. Selain enzim maltase, Saccharomices cerevisieae juga memproduksi enzim invertase juga menghidrolisis sukrosa menjadi gula invert yaitu glukosa dan fruktosa yang dapat difermentasikan oleh khamir. Sukrosa terdapat secara alami pada tepung terigu dan sebagian ditambahkan dalam formulasi adonan. Dekstosa dan gula invert kemudian difermentasi dengan menggunakan enzim zymase yang diproduksi secara alami oleh Saccharomices cerevisae dan menghasilkan gas karbondioksida serta etil alcohol. Alcohol yang dihasilkan akan hilang karena menguap selama proses pemanggangan. Pertumbuhan dan daya fermentasi ragi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keberadaan gula yang dapat difermentasi, pH, suhu, tekanan osmosis serta bahan-bahan penghambat dan pemicu fermentasi. Suhu ideal untuk menyimpan ragi agar tetap mempunyai aktivitas yang baik adalah 20C - 50C. Kamir ini 95% mati pada suhu penyimpanan 480C selama 45 menit, 500C selama 18 menit dan 520C selama 6 menit.
Enzim dalam Ragi
Ragi merupakan sumber penting penyedia enzim. Enzim dihasilkan
oleh sel-sel yang hidup, baik hewani ataupun nabati. Bila enzim diberikan pada
campuran organik tertentu, biasanya kegiatan akan meningkat, walaupun tidak
cenderung memisahkannya. Enzim hanya aktif
dalam larutan. Enzim sangat peka terhadap panas dan pH. Ragi terdiri dari sejumlah enzim, termasuk protease, lipase, invertase, maltase, dan zymase. Enzim yang penting dalam ragi ialah invertase, maltase, dan zymase.
dalam larutan. Enzim sangat peka terhadap panas dan pH. Ragi terdiri dari sejumlah enzim, termasuk protease, lipase, invertase, maltase, dan zymase. Enzim yang penting dalam ragi ialah invertase, maltase, dan zymase.
a.
Protase
Protase dapat melemahkan protein tepung sehingga dapat
menyebabkan terjadinya berbagai perubahan pada susunan dan sifat-sifat adonan.
Walaupun begitu protease dalam ragi segar yang normal adalah enzim intracelluar,
enzim yang tidak sanggup menembus selaput sel.
b.
Lipase
Enzim ini kelihatan intracellular dan aktif pada lemak yang
terdapat di dalam ragi, terutama selama terjadinya proses persporaan
(sporalation). Lemak ini tersedia untuk sel selama proses pematangan spora
biak. Lipase dari beberapa jenis ragi dapat menembus melalui selaput sel.
c.
Invertase
Pada kebanyakan jenis ragi, intervase adalah enzim
intracelluler. Intervase mengubah sakarose, gula tebu, yang masuk kedalam
dinding sel menjadi glukose dan fruktose, yaitu gula sederhana. Gula ini akan
meresap menembus selaput.
d.
Maltase
Enzim ini terdapat dalam ragi, memisahkan gula maltose menjadi
dua bagian dextrose.
e.
Zymase
Zymase adalah enzim yang pada akhirnya akan menyebabkan peragian
gula dalam adonan oleh ragi. Zymase meliputi sekelompok enzim. Enzim ini dalam
produksi roti, jamur dan bakteri tertentu juga dapat menghasilkan alkohol.
Namun demikian ragi merupakan bahan yang paling tepat guna dan berhasil.
BAB IV
MACAM-MACAM YAEST
Yeast yang menguntungkan
1.
Saccharomyces cerevisiae
Ragi ini menghasilkan enzim
alkohol dehidrogenase yang sengat penting perannanya dalam proses fermentasi
alkohol.
2. Neurospora
sitophila
Neurospora
sitophila (Neuron : urat saraf atau berurat loreng-loreng, spora, sitos : makanan, dan philos : menyukai)
merupakan salah satu spesies dari genus Neurospora yang memiliki spora berbentuk seperti urat saraf
berloreng-loreng (Alexopaulos, 1979). Neurospora sitophila sering terdapat pada produk-produk bakeri dan
menyebabkan kerusakan sehingga biasanya
disebut bakery mold atau red bread-mold. Neurospora sithophila
juga dikenal sebagai jamur oncom. Dalam proses fermentasi Neurospora
sitophila berkembang biak dan menjadikan makanan menjadi berwarna
kuning-kemerahan. Jika Neurospora sitophila
menyerang laboratorium mycology atau bakteriologi sebagai kontaminan, maka
dapat menimbulkan bahaya pada kultur dan sangat sulit untuk dihilangkan karena
banyaknya jumlah konidia yang mudah menyebar yang diproduksi dan karena pertumbuhannya
yang sangat cepat (Gilman, 1957). Dua spesies lain dari Neurospora sitophila adalah Neurospora
crassa dan Neurospora tetrasperma.
Sebelumnya Neurospora sithophila dinamakan Monilia sithophila. Hal ini disebabkan
oleh belum diketahuinya alat perkembangbiakan dari Neurospora sithophila. Sebelum diketahui alat perkembangbiakannya,
jamur ini tergolong kelas Deuteromycetes. Nama ilmiahnya adalah Monilia sitophila (monile
= manik-manik kalung, sitos = makanan, philos = menyukai). Setelah
diketahui alat perkembangbiakannya, maka kapang ini digolongkan ke dalam kelas Ascomycetes
lalu nama spesies ini diganti menjadi Neurospora sitophila (Alexopaulos, 1979). Hifa aerial Neurospora
sitophila yang membentuk sejumlah miselium dapat dikenali dengan mudah dari
sejumlah massa berwarna pink dan konidia oval yang terdapat pada rantai di conidiophores yang bercabang. Jamur ini
dapat menggandakan dirinya secara tidak terbatas dengan cara aseksual (Dube,
1990).
Neurospora,
seperti kebanyakan anggota Sordariaceae
lainnya, adalah organisme yang pertumbuhannya sangat cepat tetapi askosporanya
membutuhkan perlakuan khusus untuk tumbuh sebagaimana dilakukan pada Sordariaceae lainnya. Sel hifanya
memiliki inti banyak (multinucleate). Miseliumnya berpigmen dengan jumlah
pigmen bervariasi tergantung substratumnya (Gilman, 1957).
Neurospora
sitophila dan Neurospora crassa
bersifat octosporous, hermaphrodit dan heterothallic. Unsur betinanya diwakili oleh protoperithecia, dimana setiap multinucleate
askogonium ditempelkan. Askogonia menghasilkan cabang hifa panjang yang
berfungsi sebagai trichogynes.
Antheridia tidak dihasilkan. Unsur jantan diwakili oleh mikrokonidia yang
diproduksi dalam rantai di microconidiophores;
sejenis konidia, yang juga dapat menyalurkan nuclei ke receptive
trichogynes. Dalam spesies ini, ditemukan bahwa peran organ seks jantan
tidak terlalu besar dan fungsi seksual dikerjakan oleh bagian khusus dari
thallus (Alexopaulos, 1979).

Gambar 2.1.
Neurospora sitophila
3.
Penicillium
sp.
Penicillium biasa
disebut green molds atau blue molds. Kapang ini sering ditemukan
pada jeruk dan buah lainnya, keju di kulkas, dan bahan makanan lainnya yang
terkontaminasi dengan spora mikroba ini. Konidia Penicillium terdapat di mana-mana baik di tanah maupun di udara.
Kapang ini sering menjadi kontaminan pada laboratorium biologi. Penicillin ditemukan
pertama kali oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 akibat tercemarnya kultur Staphylococcus oleh mikroba Penicillium notatum (Alexopaulos, 1979). Aktivitas penting dari
Penicillium adalah sebagai berikut :
1.
Produksi Antibiotik
Sekarang
ini, jenis kapang yang digunakan dalam produksi penicillin secara industrial
adalah P. chrysogenum. Penicillin
aktif (sebagai agen bacteriostatic) terhadap bakteri gram positif dan juga
terhadap beberapa virus dan rickettsia (Gilman, 1957). Penicillin sekarang
merupakan istilah umum yang dipakai untuk seluruh grup antibiotik. Antibiotik
griseofulvin diproduksi dari P.
griseofulvum. Obat ini digunakan dalam perawatan penyakit dermatophylic
(kulit, kuku, rambut, dan bulu) seperti kurap, kaki atlit, dan epidermophytics.
Obat ini bersifat fungistatic bukan fungicidal yang artinya tidak membunuh
jamur. Obat ini hanya aktif terhadap jamur yang mempunyai dinding kitin namun
tidak aktif terhadap Oomycetes, yeast, dan bakteri.
2.
Industri Keju
P. roqueforti dan P. camemberti digunakan dalam produksi keju. Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan keju yang
memiliki rasa khusus yang disebut keju Roquefort dan Camembert
3.
Parasit Tanaman
Mold
biru pada tanaman jeruk (P. italicum),
mold hijau pada tanaman jeruk (P.
digitatum), dan kebusukan pada apel (P.
expansum) merupakan beberapa penyakit yang disebabkan oleh Penicillium. Beberapa spesies Penicillium dapat mengakibatkan produksi
cacat pada makanan, produk kulit, dan pakaian.
4.
Mycotoxicoses
Beberapa
spesies Penicillium memproduksi racun
pada makanan/pakan ternak yang menyebabkan keracunan pada manusia dan binatang.
Konidia Penicillium menyerupai manik-manik kaca jika dilihat dengan
mikroskop (Dube, 1990). Banyaknya konidia yang berwarna hijau, biru, atau
kuning sangat berpengaruh pada warna dari berbagai spesies Penicillium.

Gambar 2.2.
Penicillium sp.
4.
Rhizopus
sp.
Rhizopus sudah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia dalam pembuatan tempe. Sporangiosporenya kering dan sangat
mudah ditiup angin sehingga dapat dengan mudah mencemari laboratorium (Alexopaulos,
1979). Spesies-spesies
dari Rhizopus sering ditemukan pada
tanah, buah yang busuk, dan tanaman. Miselium Rhizopus terdiri dari dua jenis, satu tertanam dalam lapisan dan
yang lainnya seperti antena membentuk stolon. Sporangiophore yang dibentuk biasanya dalam grup-grup dua, tiga,
atau lebih tetapi bisa juga hanya satu. Sporangia berbentuk sama, bundar atau
hampir bundar dengan bagian tengah yang agak rata, pertama-tama berwarna putih,
kemudian saat dewasa berubah menjadi hitam kebiruan. Spesies-spesies Rhizopus yang dikenal antara lain R. nigricans, R. oryzae, R. arrhizus, R. cohnii, R. nodosus, R. oligosporus,
dan R. stolonifer.

Gambar 2.3. Rhizopus oligosporus
5.
Mucor
sp.
Mucor terdiri
dari 600 spesies. Mucor tidak
menyebabkan kontaminasi pada laboratorium. Hifanya kasar, coenocytic, dan bercabang-cabang,
biasanya meruncing ke titik tertentu (Gilman, 1967). Dalam kultur cairan
anaerobik, khususnya saat adanya karbon dioksida, kapang ini membentuk fase
Torula dimana hifa rusak untuk membentuk tubuh seperti yeast dan kembali ke
kondisi normal saat kondisi aerobik. Sporanya berbentuk bulat atau lonjong
dengan lapisan tipis halus, tak berwarna atau dapat juga berwarna. Pada masa
dewasa, saat dinding sporangial hilang, sporanya tetap melekat pada collumella dalam tetesan air dan tidak
terbang bahkan oleh angin kencang sekalipun (Alexopaulos, 1979). Spora Mucor biasanya terbawa serangga dan semut. Zygosporenya berwarna coklat sampai hitam, dengan bentuk kasar dan
tumpul. Spesiesnya bisa homothallic atau heterothallic. Beberapa spesies mucor
antara lain M. sphaerosporus, M. racemosus, M. fragilis, M. hiemalis,
M. flavus, M. mucedo, M. pucillus,
dan M. spinescens.

Gambar 2.4.
Mucor sp.
Yeast
yang merugikan
1.
Candida
albicans yang dapat menyebabkan penyakit sariawan.
BAB
III
JENIS-JENIS
YEAST
Jenis2 ragi.
Ragi cair (liquid
yeast)
Ragi basah (compressed
atau fresh yeast)
Ragi kering aktif
(active dry yeast, ADY)
Ragi kering instan
(instant dry yeast IDY).
Ragi beku (frozen
yeast)
Ragi
butiran (Coral Yeast)
g.
Ragi cair (liquid yeast) diproduksi dari yeast cream yang
berlangsung pada tahap proses industri (mengandung 15– 20% materi kering). Ragi
cair ini terutama digunakan oleh bakery skala industri dengan proses otomatis.
Pengukuran secara otomatis membutuhkan
peralatan tambahan khusus dan untuk penyimpanandibutuhkan suhu 4o – 6oC dengan umur simpan hanya 2 minggu.
peralatan tambahan khusus dan untuk penyimpanandibutuhkan suhu 4o – 6oC dengan umur simpan hanya 2 minggu.
h.
Ragi basah (compressed atau fresh yeast) adalah yeast cream yang
dikeringkan dan dipadatkan sehingga mengandung 28-35% materi kering, berbentuk
blok-blok persegi, dan harus disimpan pada suhu 2-6 oC, dengan umur kadaluarsa
hanya 2-3 minggu saja. Produk ini hanya mengandung 70% air, oleh karena itu
ragi harus disimpan pada temperatur rendah dan merata untuk mencegah
hilangnyadaya pembentuk gas. Makin dekat temperatur penyimpanan dengan 00C,
maka makin lama ragi itu bisa disimpan tanpa mengalami perubahan yang nyata.
Dari hasil penelitian efek penyimpanan ragi basah selama 3 bulan paling baik
pada suhu -10C. Pada suhu tersebut ragi tidak membeku. Ragi basah biasanya dikemas
dengan berat 500 gram, dan dibungkus dengan kertas lilin. Kelebihan penggunaan
ragi basah adalah harganya relatif murah (karena sebagian besar terdiri dari
air saja), dan dapat dipergunakan dalam banyak aplikasi (resep).Sedangkan
kekurangannya adalah sensitif terhadap kelembapan (humidity): suhu dan cuaca
hangat seperti negara Indonesia yang tropis. Ragi ini juga memerlukan kondisi
peyimpanan pada suhu rendah (2o–6oC), yang menyebabkan kesulitan dalam
pendistribusiannya, akan tetapi, ragi bisa tahan 48 jam pada suhu ruang.
i.
Ragi kering aktif (active dry yeast, ADY) adalah ragi yang
terbuat dari yeast cream yang dipanaskan dan dikeringkan hingga didapatkan
92-93% bahan kering. Ragi ini berbentuk butiran kering (granular form). Dalam
aplikasi penggunaannya harus dilarutkan dengan air hangat (dehidrated) sebelum
dicampurkan dengan tepung terigu dan bahan lainnya ke dalam mixer.
Penyimpanannya bisa dalam suhu ruang (selama jauh dari panas dan lembab). Umur
kedaluarsanya mencapai 2 tahun dalam kemasannya. Pengeringannya dengan
temperatur tinggi akan mematikan sekitar 25% lapisan luar sel ragi,sehingga
membentuk lapisan sel pelindung yang dapat melindungi sel aktif. Kelebihan
menggunakan ragi kering aktif adalah meringankan biaya transportasi, dan
penyimpanannya tidak sulit (suhu ruang). Sedangkan kekurangannya adalah
memerlukan proses rehidrasi dengan air hangat (35o – 38oC) dan proses tersebut
memerlukan waktu sekitar 15 menit. Faktor konversinya adalah 1 kg ragi kering
aktif sama dengan 2,5 - 3 kg ragi basah dengan ditambah air 1.5 liter.
j.
Ragi kering instan (instantdry yeast IDY). Dibuat dari ragi yang
dipanaskan dan lalu dikeringkan hingga mengandung 94% – 95% materi kering
dengan jumlah sel ragi 105-107 per gram ragi, berbentuk vermicelli (seperti
potongan pasta yang sangat pendek), mendekati butiran kecil yang halus. Di
negara-negara tropis lebih aman memakai ragi instan. Aplikasinya tanpa
dilarutkan terlebih dahulu, dapat langsung dicampurkan dalam tepung, dikemas
dalam kemasan tanpa udara (vacuum packed) dan memiliki umur kadaluarsa 2 tahun
dalam kemasannya. Kelebihan lain dari pada ragi instan ini adalah menghasilkan
fermentasi yang lebih konsisten, dan penyimpanan yang sangat mudah (pada suhu
ruang normal).
k.
Ragi beku (frozen yeast)
Ragi beku (frozen
yeast), ragi ini mengandung 90% materi kering yang didinginkan pada suhu
ekstrim setelah dikeringkan (frozen). Aktifitas ragi ini menjadi lambat selama
pengadukan (mixing), sehingga dapat dihasilkan tingkat stabilitas adonan yang
tinggi. Ragi ini biasanya khusus untuk pembuatan adonan roti melalui proses
frozen dough. Memiliki umur kadaluarsa 2 tahun bila disimpan pada freezer suhu
-18 derajat celcius. Jangan membekukan kembali ragi yang telah di thawing
(dilunakkan). Ragi ini mengkombinasikan keunggulan dari ragi basah dan ragi
instan. Ragi ini juga memberikan start up lebih cepat serta memiliki stabilitas
dan konsistensi untuk mengoptimalkan fermentasi, ragi ini mudah digunakan
karena bentuknya yang free thawing sehingga memberikan kemudahan pengukuran,
keakuratan, hemat waktu, dan meminimalkan kesalahan dalam pembuatan roti.
l.
Ragi butiran (Coral Yeast)
Faktor konversinya
adalah 1 kg ragi instan sama dengan 3.0-4.0 kg ragi basah dengan ditambah air
2.0 liter. Biasanya untuk ragi kering instan memiliki dua varian yaitu Gold
label untuk aplikasi high sugar dough (>8-10% gula) dan red label untuk
aplikasi low sugar dough (<8% gula).Ragi instan ini dihasilkan dan dijual di
dalam kemasan plastik atau kaleng yang kedap udara. Sekali kemasan dibuka,
sebaiknya digunakan tidak lebih dari 2 minggu dan harus disimpan dalam kaleng
kedap udara di dalam lemari es. Cara menangani ragi instan: ditambahkan ke
dalam air dan diaduk sampai larut, tidak perludirendam. Atau tambahkan langsung
ke dalam adonan/tepung d. Ragi beku (frozen yeast), ragi ini mengandung 90%
materi kering yang didinginkan pada suhu ekstrim setelah dikeringkan
(frozen).Aktifitas ragi ini menjadi lambat selama pengadukan (mixing), sehingga
dapat dihasilkan tingkat stabilitas adonan yang tinggi. Ragi ini biasanya khusus
untuk pembuatan adonan roti melalui proses frozen dough. Memiliki umur
kadaluarsa 2 tahun bila disimpan pada freezer suhu -18 derajat celcius. Jangan
membekukan kembali ragi yang telah di thawing (dilunakkan). Ragi ini
mengkombinasikan keunggulan dari ragi basah dan ragi instan. Ragi ini juga
memberikan start up lebih cepat serta memiliki stabilitas dan konsistensi untuk
mengoptimalkan fermentasi, ragi ini mudah digunakan karena bentuknya yang free
thawing sehingga memberikan kemudahan pengukuran, keakuratan, hemat waktu, dan
meminimalkan kesalahan dalam pembuatan roti. Di Indonesia saat ini yang masih
umum digunakan adalah ragi basah, ragi kering aktif dan ragi instan. Jenis gula
yang terdapat pada pembuatan roti pada umumnyaadalah maltosa dan sukrosa.
Maltosa terdapat secara alami pada pada tepung terigu. Maltosa ini secara alami
tidak dapat difermentasikan oleh khamir, akan tetapi lebih dahulu dihidrolisirs
menjadi dekstrosa oleh enzim maltase. Selain enzim maltase, Saccharomices
cerevisieae juga memproduksi enzim invertase juga menghidrolisis sukrosa
menjadi gula invert yaitu glukosa dan fruktosa yang dapat difermentasikan oleh
khamir. Sukrosa terdapat secara alami pada tepung terigu dan sebagian
ditambahkan dalam formulasi adonan. Dekstosa dan gula invert kemudian
difermentasi dengan menggunakan enzim zymase yang diproduksi secara alami oleh
Saccharomices cerevisae dan menghasilkan gas karbondioksida serta etil alcohol.
Alcohol yang dihasilkan akan hilang karena menguap selama proses pemanggangan.
Pertumbuhan dan daya fermentasi ragi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah keberadaan gula yang dapat difermentasi, pH, suhu, tekanan
osmosis serta bahan-bahan penghambat dan pemicu fermentasi. Suhu ideal untuk
menyimpan ragi agar tetap mempunyai aktivitas yang baik adalah 20C - 50C. Kamir
ini 95% mati pada suhu penyimpanan 480C selama 45 menit, 500C selama 18 menit
dan 520C selama 6 menit. Tabel 2.4 adalah efek dari suhu terhadap produksi gas
oleh fermentasi kamir. Selain suhu, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
laju fermentasi kamir adalah pH. pH optimum untuk laju fermentasi kamir adalah
antara 4.8 dan 5.5, laju fermentasi mulai menurun pada pH dibawah 4.4 dan
berhenti sama sekali pada pH dibawah 4. Efek suhu terhadap laju produksi gas selama
fermentas Tekanan osmosis juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
kamir.Bahan-bahan yang memberikan kontribusi terhadap ketidak seimbangan
tekanan osmosis antara lain adalah kadar gula, kadar garam dan kandungan
gliserol. Saccharomices cerevisiae memiliki permeabilitas plasma membran yang
tinggi terhadap gliserol sehingga adanya kandungan gliserol yang tinggi dapat
menyebabkan kerusakan sel. Bahan-bahan yang merupakan inhibitor Saccharomices
cerevisiae adalah asam pcoumarat (100-250 ppm), asam fenelat (50-250 ppm),
xylitol (0.5%), turberin, antioksidan butylated hydroksanisole, tertiary
butylhidroquinone dan propilgalat (50-500 ppm). Asam asetat merupakan inhibitor
pada pH rendah sedangkan asam sitrat menjadi inhibitor pada pH tinggi . 2.
Sifat-sifat Ragi dan Penyimpanannya Ragi padat dalam keadaan normal lebih cepat
rusak dibandingkan dengan ragi biasa. Ragi padat hanya kehilangan sedikit daya
peragiannya pada suhu 350F (± 20C) selama 4 sampai 5 minggu. Ragi padat dapat
disimpan lebih lama dalam keadaan beku. Penyimpanan ragi padat untuk roti pada
suhu ± 30C akan merusak kekuatan ragi tersebut dan bahkan mematikannya. Ragi
padat terdiri dari kira-kira 30% zat padat dan 70% zat cair. Ragi kering
berbentuk seperti butiran kering kecilkecil, dibungkus dalam kemasan timah yang
mengandung nitrogen agar tetap awet. Ragi kering aktif diperkirakan terdiri
dari 92% zat padat dan 8% zat cair. Yeast atau ragi harus selalu dalam kondisi
yang baik agar dapat bekerja secara efisien.
Ciri-ciri ragi yang
masih baik antara lain : • Apabila diraba terasa dingin. • Berwarna krem, butir-butir kecil dan bersih. • Berbau sedap seperti buah apel yang masak Ciri-ciri dari ragi
yang kondisinya kurang baik • Berwarna cerah • Kering • Kalau diraba agak terasa hangat • Berbau tidak enak • Beremah Ciri-ciri ragi yang sudah rusak • Warnanya cokelat gelap (tua) • Butir-butirnya lembek • Agak sedikit lengket • Berbau tidak enak
Pengaruh temperatur pada ragi. Temperatur Kondisi 1 0 C Tidak aktif 15-20 0 C
Reaksi lambat 20-32 0 C Pertumbuhan yang baik (temperatur yang cocok untuk
fermentasi dan proofing) > 38 0 C Reaksi lambat 60 0 C Ragi mati.
Ragi yang sudah rusak
tidak layak untuk digunakan dalam pembuatan makanan karena sudah tidak dapat
berfermentasi lagi. Agar kondisinya tetap baik, ragi harus disimpan pada suhu
4,50C. Kondisi ragi akan semakin buruk apabila disimpan pada udara yang panas
karena akan meyerap panas dan kemudian akan beremah. Adanya remah merupakan
pertanda bahwa dalam diri ragi telah terjadi fermentasi yang dikenal dengan
istilah autolysis yang disebabkan oleh enzim dari ragi itu sendiri. Pada
akhirnya ragi akan berubah wujud menjadi massa yang sedikit lengket, berbau
tidak enak, berwarna gelap dan tidak bermanfaat lagi. Ragi tidak boleh dicampur
dengan garam, gula, atau larutan garam maupun gula yang pekat. Pada saat
membuat adonan, sebaiknya ragi tidak langsung dicampur dengan kedua unsur
tersebut (garam dan gula). Persentase rata-rata dari komposisi ragi adalah
sebagai berikut:
- Air : 68% – 73%
- Protein : 12% - 14%
- Fat : 0,6% - 0,8 %
- Karbohidrat : 9% -
11%
- Mineral : 1,7% - 2%
Enzim dalam Ragi
Ragi merupakan sumber
penting penyedia enzim. Enzim dihasilkan oleh sel-sel yang hidup, baik hewani
ataupun nabati. Bila enzim diberikan pada campuran organik tertentu, biasanya
kegiatan akan meningkat, walaupun tidak cenderung memisahkannya. Enzim hanya
aktif
dalam larutan. Enzim sangat peka terhadap panas dan pH. Ragi terdiri dari sejumlah enzim, termasuk protease, lipase, invertase, maltase, dan zymase. Enzim yang penting dalam ragi ialah invertase, maltase, dan zymase.
dalam larutan. Enzim sangat peka terhadap panas dan pH. Ragi terdiri dari sejumlah enzim, termasuk protease, lipase, invertase, maltase, dan zymase. Enzim yang penting dalam ragi ialah invertase, maltase, dan zymase.
- Protase
Protase dapat
melemahkan protein tepung sehingga dapat menyebabkan terjadinya berbagai
perubahan pada susunan dan sifat-sifat adonan. Walaupun begitu protease dalam
ragi segar yang normal adalah enzim intracelluar, enzim yang tidak sanggup
menembus selaput sel.
- Lipase
Enzim ini kelihatan
intracellular dan aktif pada lemak yang terdapat di dalam ragi, terutama selama
terjadinya proses persporaan (sporalation). Lemak ini tersedia untuk sel selama
proses pematangan spora biak. Lipase dari beberapa jenis ragi dapat menembus
melalui selaput sel.
- Invertase
Pada kebanyakan jenis
ragi, intervase adalah enzim intracelluler. Intervase mengubah sakarose, gula
tebu, yang masuk kedalam dinding sel menjadi glukose dan fruktose, yaitu gula
sederhana. Gula ini akan meresap menembus selaput.
- Maltase
Enzim ini terdapat
dalam ragi, memisahkan gula maltose menjadi dua bagian dextrose.
- Zymase
Zymase adalah enzim
yang pada akhirnya akan menyebabkan peragian gula dalam adonan oleh ragi.
Zymase meliputi sekelompok enzim. Enzim ini dalam produksi roti, jamur dan
bakteri tertentu juga dapat menghasilkan alkohol. Namun demikian ragi merupakan
bahan yang paling tepat guna dan berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Coment tersedia buat kalian...